Senin, November 22, 2010

We're all the Dreamers


Every great dream begins with a dreamer. Always remember, you have within you the strength, the patience, and the passion to reach for the stars to change the world.
( Harriet Tubman)

Mimpi adalah hal yang sangat common dalam hidup saya, hampir setiap tidur-di rumah, di kendaraan, di kantor, di rumah ibadah pun kadang saya bermimpi. Mulai dari mimpi yang jelas dan terang sampai dengan mimpi yang samar dan susah diingat. Saat saya tanyakan ke beberapa teman ternyata tidak semua dari mereka memiliki intensitas bermimpi dalam tidurnya sebanyak yang saya alami. What's wrong with them? or it might be (wrong) with me...?

Ada beberapa mimpi yang sampai saat ini masih teringat di memory meskipun saya mengalaminya sudah sejak beberapa tahun silam (mungkin sampai di atas sepuluh tahun?) ada juga mimpi yang langsung hilang dari ingatan pas saat saya terjaga dalam tidur.

And the question is, why i keep on dreaming in regular basic? sebenarnya manfaat apa yang bisa saya ambil dari mimpi-mimpi saya ini? apakah ada hubungan langsung antara kehidupan alam sadar (in daily waking life) dengan kehidupan bawah sadar saya?

Penelusuran jawaban atas pertanyaan ini sebenarnya sudah saya lakukan sejak jaman saya masih kecil dulu (seingat saya waktu SD sudah sering mencari arti dari mimpi dalam buku Primbon paling gak- karena itu satu-satunya referensi yang saya temukan saat itu). Saat itu jawaban yang paling saya inginkan adalah apa makna dari mimpi-mimpi saya? dan biasanya akan menjadi paranoid kalau-kalau ternyata terjemahannya tidak sesuai dengan harapan (biasanya mimpi-mimpi yang bermakna akan kehilangan orang-orang terdekat/kematian). Saat ini yang saya inginkan adalah mengetahui fungsi mimpi, keterkaitan dengan real waking life, dan apakah kita bisa mengendalikan mimpi (sendiri atau bahkan mimpi orang lain)?

Let's find out.
Menurut wikipedia Indonesia : Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep) --> definisi yang kurang memuaskan saya, silahkan kalau mau dipakai.

Menurut www.sleep.com : Dreams are a communication of body, mind and spirit in a symbolic communicative environmental state of being. --> meskipun agak membingungkan, tetapi sepertinya ini jawabannya.

Saya menggarisbawahi "komunikasi" karena memang seperti itulah kenyataannya. Secara sederhana saya artikan ibaratnya di dalam tubuh kita ada sepasang teman baik, maka cara mereka saling berkomunikasi adalah lewat mimpi. Mimpi buruk berarti ada yang salah dengan hubungan pertemanan mereka (kehidupan dunia nyata kita sedang kacau) dan mimpi baik saya artikan kita sedang berbahagia (semuanya baik-baik saja dalam real waking life).
Jadi dari sini saya mengambil kesimpulan bahwa mimpi berfungsi untuk menyeimbangkan kehidupan kita, meskipun itu sesuatu yang tidak terlihat, tapi itu nyata. Apajadinya kalau tidak ada manusia yang memiliki mimpi? saya yakin kehidupan kita akan kacau..karena tidak ada penyeimbang jiwa (spirit balancing).

Karena mimpi adalah sesuatu yang abstrak, maka budaya telah mensugestikan bahwa mimpi = khayalan. Padahal sejarah sudah membuktikan bahwa banyak hal-hal yang tadinya adalah mustahil dalam dunia nyata (hanya ada dalam mimpi seseorang), ternyata saat ini sudah menjadi kenyataan. Misal : kemampuan terbang manusia, komunikasi jarak jauh, bahkan teknologi kloning.

Terbukti bahwa mimpi bisa jadi akan mengawali suatu perubahan peradaban.

Jadi bagaimana kesimpulannya?
Karena mimpi akan lebih banyak manfaat daripada mudaratnya, maka tetaplah tenang dengan mimpi-mimpi kita (selama teknologi belum bisa mengambil alihnya dari diri kita_Inception mode on).

Bermimpilah yang seems too impossible to reach, maka akan semakin besar gairah kita dalam menjalani kehidupan nyata. Tidak akan berhenti sampai mimpi kita menjadi kenyataan. Seperti apa yang sedang saya perjuangkan saat ini bahwa saya pun berhak berbahagia dengan siapa saja yang nantinya akan menjadi pendamping hidup saya, tidak peduli betapa besar rintangan yang ada, selama mimpi saya masih sama-yaitu memeluknya dari balkon apartement lantai 18 di depan menara Eiffel, Paris - maka saya yakin saya akan berbahagia bersama dia, pada akhirnya...