Minggu, Mei 24, 2009

Boost Your Brain !!


Entah karena sangat perasa, romantis, atau bahkan tidak logis, saya adalah salah seorang yang sangat mudah terpengaruh dengan film-film yang pernah saya tonton. Salah satu yang ”lumayan” mengganggu pikiran saya sampai saat ini adalah film ”Race to Witch Mountain”. Itu bukan karena isi ceritanya secara keseluruhan, atau tekniknya, atau pemainnya (sama sekali bukan, karena semuanya masih sangat standar), tetapi ada salah satu adegan dimana salah satu tokoh alien dalam film itu mengatakan bahwa apabila manusia menggunakan seluruh kemampuan otaknya, maka mereka akan mampu melakukan hal-hal yang ”nyaris” supranatural seperti para alien itu, yaitu menjelajah galaksi, telepati (membaca pikiran orang), kemampuan berpindah tempat dalam sekejap mata (teleportasi) dll. Saya adalah orang yang percaya dengan hal itu.

Banyak literatur yang telah saya baca mengatakan hal yang sama. Dari dulu saya selalu percaya bahwa hal-hal yang orang bilang ajaib akan selalu bisa dijelaskan dengan logika.

Entah caranya bagaimana tetapi akan selalu ada orang-orang yang bisa melakukan hal-hal di luar nalar yang sebenarnya bisa dipelajari. Kuncinya cuma satu : maksimalkan kinerja otak Anda !!

Otak adalah bagian paling ajaib/paling indah/paling mutakhir/paling berkualitas dari tubuh kita. Seluruh kemajuan peradaban manusia, mulai dari ditemukannya tulisan sampai dengan teknologi kloning atau penjelajahan luar angkasa adalah hasil dari aktivitas otak manusia. Yah paling tidak kita bisa menyimpulkan sehebat apa sang pencipta otak itu sendiri. Dia lah Tuhan! Sang pemilik ruang dan waktu.

Sebagai kreasi Tuhan yang Maha Sempurna, otak manusia bukan hanya seonggok ”daging lunak kelabu” dengan berat 1,75 kilogram. Lebih dari itu di dalamnya terjadi aktivitas yang luar biasa sangat amat rumit sekali.

Itu karena otak manusia memiliki lebih dari 100 triliun (sumber lain mengatakan ”hanya” 1 triliun) neuron (sel otak) dimana semua instruksi otak diberikan dalam bentuk gelombang listrik. Gelombang listrik ini melaju dengan kecepatan lebih dari 400 km/jam (250 mph), yang dapat menghasilkan daya listrik untuk menyalakan sebuah lampu pijar. Otak menghabiskan banyak energi dibandingkan organ tubuh lainnya, membakar habis hampir 1/5 dari asupan makanan yang kita makan.

Saking banyaknya jumlah sel otak kita, maka jika kita membariskannya, sel-sel otak itu bisa mencapai bulan dan kembali lagi ke bumi (jarak bumi ke bulan adalah sekitar 384.000 km). Makna dari jumlah ini sangat luas, bahkan jika setiap sel hanya dapat melakukan beberapa operasi mendasar. Tetapi jika semua sel otak tersebut penuh daya, maka jumlah itu akan membawa para ilmuan ke dalam realisme yang nyaris supernatural!

Pertanyaannya :”Bagaimana cara untuk memaksimalkan kemampuan otak kita agar dapat menghasilkan kebaikan bagi umat manusia?”

Mari kita mulai dengan penjelasan yang sederhana. Orang awam akan mengatakan bahwa otak terdiri atas dua bagian, yaitu otak kiri dan otak kanan. Masing-masing bagian otak itu (korteks serebral), memiliki tugas yang berbeda. Tugas otak kanan antara lain irama, kesadaran ruang, imajinasi, melamun, warna, dimensi, dan tugas-tugas yang membutuhkan kesadaran holistik atau gambaran keselutuhan. Sedangkan otak kiri bertugas untuk memahami kata-kata, logika, angka, urutan, dan analisis.

Istilah-istilah populer yang mewakili kegiatan belahan kiri otak adalah ”akademik”, ”intelektual”, dan ”bisnis”. Sementara otak kanan terwakili dengan istilah ”artistik”, ”kreatif”, dan ”naluriah”.

Apa yang masih jarang kita ketahui adalah bahwa kedua bagian otak itu saling mempengaruhi satu sama lain dan bisa di-upgrade seumur hidup. Apabila ada orang yang lemah di satu bidang otak, maka akan bisa diperbaiki dengan melakukan latihan tertentu, dan ajaibnya lagi satu bagian otak lainnya juga akan meningkat kemampuannya!.

Di Inggris anak usia TK yang berkemampuan membaca di bawah rata-rata, dapat mengejar teman-teman mereka yang di kelompok rata-rata sesudah mereka diperkaya dengan pelajaran musik tambahan, mereka belajar bernyanyi dalam sebuah kelompok melalui latihan ketepatan nada dan irama disertai dengan latihan kepekaan emosi, sebuah program yang sangat berstruktur dan dapat dinikmati anak-anak.

Universitas-universitas di Jepang banyak yang mempunyai orkes symphony sebagai kelanjutan dari pelajaran musik yang mereka terima di tingkat SD, SLTP dan SLTA, dan yap, kita tahu sendiri khan kemampuan teknologi bangsa Jepang?

Apa yang terjadi di Indonesia?

Sangat disayangkan, sistem pendidikan kita memiliki kecenderungan untuk lebih memilih keterampilan-keterampilan ”otak kiri”, seperti matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan—daripada seni,musik, dan pengajaran kemampuan berpikir, terutama keterampilan untuk berpikir kreatif. Ketika kita hanya berfokus pada setengah bagian otak, sistem pendidikan kita hanya menciptakan orang-orang yang setengah pintar.

Saya sangat sedih ketika para orang tua bangga terhadap anak kecil mereka yang baru berumur tiga atau empat tahun sudah bisa membaca, berhitung, atau menulis. Karena bagi saya hal itu sudah terwakilkan dengan kalkulator atau pun teknologi yang lain. Bagi saya anak-anak kecil seharusnya ya bermain dengan riang gembira dan tidak disibukkan dengan banyaknya PR atau pun uji ketangkasan yang nyaris hanya ajang untuk pamer bagi para orang tua. Tidak lebih.

Kesadaran untuk mengenal kemampuan otak dengan lebih baik secara tidak langsung akan membawa bangsa ini ke arah yang lebih jelas. Dengan terciptanya generasi yang memiliki kemampuan otak seimbang yang dihasilkan oleh sistem pendidikan yang benar, maka segala masalah rumit bangsa kita pasti akan terselesaikan!

Terselesaikannya masalah lumpur Lapindo, kemisikinan yang akut, angka kriminalitas yang tinggi, kelangkaan bahan pangan (secara sebagai negara agraris, kita masih banyak impor bahan pangan), ketersediaan lapangan kerja, pendidikan yang merata, sarana transportasi yang aman, sarana kesehatan yang memadai dan proses administrasi negara yang amburadul, akan bisa terselasaikan dengan rangkaian penemuan teknologi mutakhir dari anak-anak bangsa yang telah dibantu untuk memaksimalkan kinerja anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan : Otak kita ! Caranya? Perbaiki sistem pendidikan kita dulu, itu saja cukup!

Rabu, Mei 13, 2009

Penting Gak Penting


Sekitar sebulan yang lalu saya dengan kalap membeli 19 buku bacaan sekaligus dari sebuah jaringan toko buku terkemuka yang sedang meluncurkan program diskon. Tiba di rumah, kakak saya comment dengan bertanya : ”Penting gak siy oom?”.

Simpel memang komentarnya, tapi dalam ternyata maknanya, karena saya baru merasakan efek samping dari perbuatan kilav saya itu sebulan kemudian. Yaitu budget yang ancur-ancuran gara-gara jatah budget bulan current terpaksa terpakai untuk menutupi defisit bulan lalu yang saya gunakan untuk membeli buku-buku tersebut. Kenyataannya sampai saat ini belum ada 25% pun dari 19 buku itu yang telah selesai terbaca, bahkan banyak yang masih rapi terbungkus plastik segel-nya.

Pengalaman ini membuat saya berpikir kembali tentang skala prioritas. Hal yang sudah sejak dari dulu diajarkan oleh ayah saya. First thing first, my son ! Ada beberapa hal di dunia ini yang penting, tetapi lebih banyak lagi hal yang tidak “terlalu” penting.

Merasa penasaran dengan semua hal menurut saya memang penting, maka saya tertarik untuk membeli ke19 buku tersebut (padahal tiga hari sebelumnya saya juga membeli empat buku baru di toko yang sama – Struggling to Surrender, Make Over Your Blog, Kisah Walisongo & Syekh Siti Jenar dan Biang Penasaran), tetapi yang lebih penting adalah menyadari kemampuan intelektualitas pribadi (maksud saya adalah kecepatan daya baca, misalkan 10 halaman per menit), dan kemampuan finansial diri sendiri. Kalau memang buku-buku itu membuat Anda mati penasaran kalau tidak membacanya dalam jangka waktu 1 x 24 jam, maka bisa dianggap penting, tetapi kalau tidak, lupakan saja dulu. Anda bisa membelinya lain kali, atau mungkin suatu saat seseorang akan berbaik hati dengan meminjamkannya secara gratis kepada Anda. Sederhana khan?

Itu hanya contoh kecil saja dari pengalaman saya. Masih banyak lagi hal lain dari kehidupan kita – yang kalau kita mau berhenti sejenak dari rutinitas dan melihat ulang dengan seksama, maka kita akan banyak menemukan pelajaran itu. Kita bisa berpikir ulang sebelum melakukan suatu tindakan. Karena sesal kemudian tiada guna kata pepatah.

Bekerja dengan tekun memang penting, tetapi menjadi terlalu serius tidaklah penting. Berusaha mencari inspirasi dengan merokok mungkin penting, tetapi kalau paru-paru dan kejantanan menjadi taruhan (lihat peringatan pemerintah tentang merokok), maka hal itu menjadi sangat tidak penting. Beranggapan politik itu kejam mungkin penting, tetapi menjadi apolitis adalah tidak penting.

Menjadi fanatik itu penting, tetapi kalau tanpa alasan dan penjelasan yang logis, maka menjadi tidak penting. Selalu mengikuti kegiatan sosial dan arisan mungkin penting, tetapi mengikuti banyak pengajian untuk memperkuat akidah dan keimanan adalah lebih penting. Berharap karyawannya menjadi cerdas dan kreativ jelas pasti penting, tetapi menaikan standar gaji mereka agar terlihat lebih bersemangat dalam bekerja adalah jauh lebih penting, heee....yang terakhir ini bukan curhat yak :”b

Hidup itu harus memiliki tujuan. Kesadaran untuk melihat skala prioritas akan membantu kita melihat lebih jelas lagi apakah hal-hal yang sudah, sedang dan akan kita lakukan itu relevant dengan tujuan akhir kita di dunia? Kalau tidak, bisa kita anggap hal itu tidaklah terlalu penting.

Saya tidak mengatakan bahwa hal-hal kecil itu tidak penting. Karena kita tidak pernah tahu butiran nasi mana yang akan membawa berkah bagi tubuh kita (ini adalah istilah sufi kelas tinggi bro..yang artinya kira-kira jangan terlalu meremehkan hal kecil lah). Tetapi sekali lagi, hal-hal kecil itu bisa menjadi penting dan tidak ”terlalu” penting. Pintar-pintar kita lah menyesuaikan dengan kondisi diri. Siapa sih yang lebih mengenal diri kita sendiri sebaik kita sendiri? Halaah bingung khan? Sama, hee,,,. Ya sud, segini aja dulu yak, dah ngantuk saya, tadaah...(jadi teringat seorang teman yang dah lama tak ada kabarnya, dia sering mengucapkan kata ”tadaah” ini dengan mesra, halaah...penting ya Mas?)