
Ini adalah tulisan yang saya buat pas hari raya iedul qurban kemarin di virtual notes saya, posting aah...
Hari ini adalah hari raya iedul qurban, tetapi seperti biasanya, saya telat menyadari bahwa saya tidak bisa ikut berkurban. Alasannya klasik, tidak punya alokasi dana bulan ini untuk membeli hewan kurban. Alasan yang sama yang mungkin dilontarkan oleh ribuan, bahkan jutaan wajib kurban lainnya di Indonesia. Benar-benar klasik.
In another side, kita dengan mudahnya akan mengalokasikan dana cair dari kantong yang sama untuk kepentingan duniawi kita seperti, dana untuk hiburan, update gadget terbaru, ganti handphone, ganti kendaraan dsb.
Gak tau ada ketidakberesan di bagian mana sehingga ada salah kaprah (kesalahan yg sudah dianggap wajar) seperti ini dalam pola belanja masyarakat kita. Sedikit saja untuk ibadah, sedangkan tanpa batas untuk hasrat personal.
Kita tidak akan pernah tau apa yang akan menimpa kita esok hari, seminggu kemudian, atau tahun depan. Keengganan kita untuk menyegerakan ibadah dan menunda hasrat duniawi nampaknya sudah menjadi trademark hidup di masa kini. Seolah-olah kita masih memiliki jatah waktu, kesempatan dikemudian hari yang akan diberikan olehNya, sehingga kalau disuruh ibadah kita cenderung berpikir "nanti saja". Mau kurban, nanti saja kalau longgar dana. Mau sholat, nanti saja kalau dah gak sibuk. Mau haji, nanti saja kalau dah tua. Padahal khan who knows? Siapa yang tahu akan jatah umur masing-masing orang? No one knows!!
Yah itulah kita.
Selalu tidak bisa belajar.
Tau ah, yang jelas tahun depan saya akan kurban sapi, kalao sudah mampu dan ikhlas (tetep bikin alasan..)
Tapi, mari tetap kita aminkan saja.
Amiiin......
Hari ini adalah hari raya iedul qurban, tetapi seperti biasanya, saya telat menyadari bahwa saya tidak bisa ikut berkurban. Alasannya klasik, tidak punya alokasi dana bulan ini untuk membeli hewan kurban. Alasan yang sama yang mungkin dilontarkan oleh ribuan, bahkan jutaan wajib kurban lainnya di Indonesia. Benar-benar klasik.
In another side, kita dengan mudahnya akan mengalokasikan dana cair dari kantong yang sama untuk kepentingan duniawi kita seperti, dana untuk hiburan, update gadget terbaru, ganti handphone, ganti kendaraan dsb.
Gak tau ada ketidakberesan di bagian mana sehingga ada salah kaprah (kesalahan yg sudah dianggap wajar) seperti ini dalam pola belanja masyarakat kita. Sedikit saja untuk ibadah, sedangkan tanpa batas untuk hasrat personal.
Kita tidak akan pernah tau apa yang akan menimpa kita esok hari, seminggu kemudian, atau tahun depan. Keengganan kita untuk menyegerakan ibadah dan menunda hasrat duniawi nampaknya sudah menjadi trademark hidup di masa kini. Seolah-olah kita masih memiliki jatah waktu, kesempatan dikemudian hari yang akan diberikan olehNya, sehingga kalau disuruh ibadah kita cenderung berpikir "nanti saja". Mau kurban, nanti saja kalau longgar dana. Mau sholat, nanti saja kalau dah gak sibuk. Mau haji, nanti saja kalau dah tua. Padahal khan who knows? Siapa yang tahu akan jatah umur masing-masing orang? No one knows!!
Yah itulah kita.
Selalu tidak bisa belajar.
Tau ah, yang jelas tahun depan saya akan kurban sapi, kalao sudah mampu dan ikhlas (tetep bikin alasan..)
Tapi, mari tetap kita aminkan saja.
Amiiin......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar