Tak terasa kita sudah di pertengahan bulan ke dua quarter pertama tahun 2009 (sebut saja bulan Februari, Mas..hee , acting). Menurut orang-orang yang pekerjaannya adalah memberi perhatian lebih pada masalah perekonomian (sebut saja ekonom, acting #2), tahun 2009 adalah tahun yang ”berat”.
Di samping masalah krisis global yang katanya bakal mencapai puncaknya, tahun 2009 juga merupakan tahun yang memiliki political risk yang cukup tinggi dengan adanya hajatan politik lima tahunan, yaitu Pemilihan Umum yang akan menentukan masa depan negara kita tercinta Indonesia.Semoga.
Sebagian kalangan (termasuk saya dari kalangan karyawan) merasa khawatir akan kelangsungan hidupnya. Hidup dalam artian bukan fisik-lawannya mati-tetapi yang menyangkut perikehidupan pribadinya. Yang investor khawatir akan return on investment–nya yang kemungkinan akan menurun dengan terdepresiasi-nya pertumbuhan ekonomi yang bisa mencapai level terendah ( setelah beberapa kali dikoreksi oleh pihak-pihak beraliran optimisme berlebih), yang politikus khawatir akan tergeser posisinya oleh calon-calon legislatif baru yang katanya lebih muda dan lebih ”segar”, dan kita sebagai pegawai tentu saja khawatir akan kelangsungan arus kas bulanan dari gaji yang selalu kita terima akan tersendat apabila tiba-tiba perusahaan berbaik hati dengan ”merumahkan” kita sebagai karyawannya. Catat, bukan dipecat atau di-PHK,hanya ”dirumahkan” saja. Sungguh bahasa politis yang sangat manusiawi.
Tidak akan selesai suatu permasalahan hanya dengan mencari siapa yang salah dan siapa yang bisa dijadikan kambing hitam. Tidak usahlah kita pedulikan apakah resesi global yang saat ini tengah mendera kita disebabkan karena ”underconsumption” ataukah ”overinvestment”? Yang jelas krisis telah terjadi, angka kemiskinan meningkat dengan melonjaknya pengangguran melalui PHK besar-besaran yang telah dilakukan perusahaan raksasa di berbagai industri di seluruh belahan dunia. Penting bagi kita untuk melakukan segala langkah yang perlu dilakukan untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan terburuk. Beruntung bagi saya yang bekerja pada perusahaan yang menjunjung tinggi nasib karyawannya dengan mempertahankan jumlah karyawan dalam kondisi yang sama seperti semula, meski di saat krisis. ”Merumahkan” adalah kata yang cukup sakral untuk diucapkan, apalagi direalisasi. Semoga.
Tapi bagaimana dengan nasib karyawan yang lain?
Satu-satunya cara untuk menghadapi kemungkinan terburuk dari PHK adalah membekali diri dengan mental juara. PHK tidak berarti kehidupan Anda tamat. Bahkan bisa juga sebaliknya, terbitnya fajar baru pada kehidupan pribadi Anda. Banyak dari mantan karyawan yang pernah ”dirumahkan” ternyata malah berhasil memiliki usaha sendiri yang sukses dan menjadi lebih makmur dibandingkan dengan kehidupannya dahulu ketika masih menjabat sebagai karyawan.
Beberapa tips yang mungkin bermanfaat bagi Anda untuk mencegah dan menghadapi PHK ( hanya orang-orang yang siap yang akan selamat ):
- Terus kembangkan kemampuan pribadi Anda sebagai karyawan dengan banyak belajar, eksplorasi sistem kerja Anda, dan mungkin juga mengikuti pelatihan-pelatihan di luar kantor agar Anda terlihat ”lebih berisi”.
Hal ini akan membuat perusahaan berpikir dua kali apabila berniat untuk ”merumahkan” Anda.
- Tanamkan keyakinan dan positif feeling yang tinggi dalam diri Anda bahwa apa pun yang akan terjadi Anda bisa mengatasinya. Hal ini diperlukan untuk menumbuhkan rasa optimisme dan sikap percaya diri yang tinggi apabila nantinya ternyata berita buruk itu menimpa Anda juga. Ingat ini bukan akhir dunia !!
- Tulis berbagai rencana cadangan pada kehidupan pribadi dan pekerjaan Anda untuk jangka waktu satu sampai lima tahun mendatang. Pelajari berbagai jenis usaha di luar kantor yang kira-kira cocok dengan minat Anda dan buat analisis yang cukup detail untuk pekerjaan itu.
Jejaring kerja/sosial yang kita bangun bisa menjadi tali penyelamat kita apabila nantinya kita tiba-tiba ”berhenti kerja”. Mungkin saja ada salah satu di antara teman Anda yg bisa menyediakan pekerjaan baru bagi Anda ketika Anda membutuhkannya.
- Perbanyak berdoa dan beramal.
Percayalah, faktor ”x” itu ada dan dengan beramal kemungkinan besar Anda akan semakin dicintai Tuhan sehingga kehidupan Anda akan semakin mudah.
Kalau dalam dunia politik kita mengenal ada yang dinamakan the incumbent; orang yang sedang memangku jabatan politik tertentu dan maju untuk beradu dalam pemilihan untuk jabatan yang sama, contohnya SBY sebagai the incumbent president, siap atau tidak dia akan menghadapi tantangan lawan politiknya, maka dalam dunia pekerjaan pun kita bisa memakai istilah the incumbent employee. Yaitu kita karyawan yang selalu siap untuk tantangan apa pun dan dari siapa pun. Ubahlah diri Anda mulai saat ini juga apabila Anda merasa tidak siap untuk ”dirumahkan”. Karena banyak orang yang berpikir bagaimana untuk mengubah dunia ini, tetapi hanya sedikit yang memikirkan bagaimana mengubah dirinya sendiri ( Leo Tolstoy).
Semangat !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar