Senin, Maret 09, 2009

Long Road To Walk...

Hari ini, Minggu, 08 Maret 2009, adalah peringatan hari perempuan internasional. Berbagai acara dan demonstrasi terutama, digelar di berbagai kota di seluruh dunia termasuk Jakarta. Kali ini mereka (para demonstran perempuan) mengambil tema menggugat keterwakilan kaum perempuan dalam parlemen pada Pemilu 2009. Hal ini memang cukup mengusik karena dikhawatirkan dengan telah dibatalkannya pasal 214 UU No.10/2008 oleh Mahkamah Konstitusi, yang berisi tentang ketentuan nomor urut calon legislatif, maka keterwakilan setidaknya 30% suara perempuan di parlemen akan tidak dapat tercapai. Penentuan calon terpilih berdasarkan suara terbanyak dikhawatirkan akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak dengan modal berlebih untuk melakukan pendekatan khusus kepada para pemilih agar suara mereka bisa terbeli.

Dalam kasus ini jelas kaum perempuan akan sulit mendapatkan tempat karena bisa dianggap mereka ”sudah tidak mendapatkan jatah” di parlemen apabila kesadaran masyarakat pemilih untuk mengutamakan memilih wakil rakyat yang terbiasa lebih banyak ”memakai kepekaan” dalam pengambilan keputusan-keputusan strategis kurang ada atau bahkan tidak ada samasekali. Semoga kekhawatiran ini tidak akan menjadi kenyataan. Bukannya saya tidak percaya dengan kaum sendiri, tetapi hanya para wakil rakyat berjenis kelamin laki-laki saja yang suka mangkir dari sidang, suka berkomentar ngawur, terlibat skandal moral, merokok dan baca koran di ruang sidang atau mungkin ”ketiduran” pas lagi rapat ( semalem habis begadang Pak?).

Ini hanya salah satu contoh perjuangan berat yang harus dihadapi kaum perempuan dalam memperjuangan pemenuhan hak-hak mereka dalam rangka persamaan ”perlakuan” (berasal dari kata dasar laku) dengan kaum laki-laki (kami sungguh tidak pernah bermasalah dengan hal itu). Masalah kesempatan kerja, jaminan kesehatan dan kesejahteraan sosial, pendidikan, pengakuan hak politik dsb masih menjadi isu berat yang harus terus diperjuangkan oleh para aktivis perempuan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia (bersyukur akhirnya Arab Saudi yang terkenal ”kaku” terhadap kaum hawa telah menetapkan wanita pertama sebagai menteri pendidikan di negaranya – ini pertanda baik).

Indonesia adalah negara yang cukup disegani dalam hal demokrasi karena kaum perempuan cukup mendapatkan tempat di negara dengan penduduk mayoritas muslim ini, setidaknya itu kata Hillary Clinton (meski dalam Islam pun, kaum perempuan sudah dijamin hak-haknya – hanya intepretasi berlebih saja yang mengatakan kami membatasi gerak perempuan). Presiden kita pernah perempuan, menteri-menteri beberapa perempuan, sekitar 11% wakil rakyat sekarang perempuan dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, pemimpin BUMN ada yang perempuan ( Direktur Utama Pertamina – Karen Agustiawan ). Khusus untuk Ibu Karen saya mendukung Anda dalam kasus dengar pendapat dengan DPR – EMS memang salah satu wakil rakyat yang tidak beradab, terlihat dari kata-kata kasarnya, sepertinya beliau selalu cabut dari sekolah pas ada pelajaran PMP dulu..,benar-benar payah!!( lho kok jadi saya yang emosi begini?).

Tetapi meski di tingkat atas kita bisa melihat perempuan bisa lebih mendapatkan tempat daripada di beberapa negara lain, kita juga harus tetap memasang mata kita pada banyak kasus di tingkat bawah yang masih ”memojokan” posisi kaum hawa yang seharusnya kita lindungi karena ketidakberdayaan mereka kerap dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Yang saya maksudkan di sini adalah woman trafficking atau perdagangan perempuan. Kasus yang sulit teratasi dari tahun ke tahun karena melibatkan jaringan mafia kelas kakap. Laporan UNICEF menyebutkan bahwa setiap tahun setidaknya ada lebih dari 100,000 perempuan dan anak-anak yang ”dijual” untuk tujuan commercial sexual exploitation (tidak tega saya menggunakan kata-kata dengan maksud yang sama dalam bahasa Indonesia). Baik di dalam negeri maupun diselundupkan ke luar Indonesia. Kurang ajar sekali para mafia itu.....

Singkatnya dengan peringatan hari perempuan internasional ini, saya berharap dan mengajak agar masyarakat pemilih lebih cerdas dan bijak dalam menentukan pilihan pada Pemilu Legislatif tanggal 9 April nanti. Relakan suara Anda untuk mendukung calon-calon wakil rakyat perempuan yang ”terlindas UU” di Pemilu mendatang, agar mereka tetap bisa mengisi setidaknya 30% suara rakyat di parlemen dan memperjuangkan nasib kaum mereka dengan lebih baik.

Saya pun berniat memberikan suara saya untuk mereka April mendatang. Bukan karena apa-apa, saya hanya suka saja dengan wajah segar salah satu calon legislatif perempuan yang terbawa-bawa angkot (sebagai salah satu media iklan kampanye), atau di spanduk-spanduk di pinggir jalan, huehee.......Setidaknya saya jujur :')

1 komentar:

  1. Akhirnya keluar juga tulisan why di edisi maret ini.Tetap berkarya:-)

    BalasHapus