This is my first time to write down my post without a draft/concept. Let me try..
Delapan hari menjalani masa recess dari rutinitas pekerjaan sehari-hari lumayan berkesan bagi saya. Setidaknya pikiran tidak lagi terjejali ( untuk sementara waktu ) dengan beragam hitungan angka, kertas-kertas, dan sistem yang mau tidak mau akan membuat kita merasa menjadi seperti "robot" dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Tapi itulah hidup, kalau kita masih butuh uang, maka kita wajib kerja. Sudah seperti hukum alam saja. Tapi begitulah resiko hidup di jaman modern ini. Semua kebutuhan "diukur" dan "dinilai" dari kertas dan logam yang memiliki ragam gambar dan bentuk tertentu dan berlaku di mana-mana yang kita sebut UANG. Beruntungkah manusia purba yang tidak mengenal uang? Karena mereka tidak pernah berurusan dengan "sumber dari segala sumber masalah" di dunia ini? Nanti kita tanyakan bersama pada rumput yang bergoyang.
Back to my recess period.
Delapan hari adalah rentang waktu yang tidak pendek bagi kita yang bekerja dari Senin ke Jum'at atau bahkan yang bekerja dari hari Senin ketemu Minggu atau istilahnya 'eight days a week' seperti lagunya The Beatles. Maka dari itu delapan hari tersebut saya usahakan benar-benar untuk sejenak melupakan beban pekerjaan yang menggelayuti kita setiap harinya. Saya mulai dengan tidur malam dan bangun siang (maksud saya melek mpe Subuh dan tidur lagi setelah sarapan pagi). Sungguh suatu hal simpel yang menyenangkan. Betapa tidak?saya yang biasanya ngantuk di kantor pada jam-jam 10an akhirnya bisa melampiaskannya dengan leluasa. Saya bisa tidur with a smile on my face karena membayangkan teman-teman yang sedang melawan hasrat kantuk dengan terpaksa meminum kopi pahit karena kewajiban bekerjanya. Waah,puas sekali saya. What a life! Anda harus mencobanya.
Yang ke dua adalah, menikmati perjalanan jauh. Cuti memberikan saya waktu untuk memenuhi salah satu 'kebutuhan psikis' seorang pria sejati,yaitu menemukan jati diri dengan melakukan perjalanan jauh sendirian dan bertemu dengan orang-orang yang tidak dikenalnya sepanjang perjalanan. Hal ini penting dalam me-review sudut pandang kita dan me-refresh pikiran dari dampak gaya hidup di kota besar yang kata banyak orang bisa membuat orang stress. Ada hal-hal baru yang selalu saya temukan dari sejenak menjadi seorang 'lone adventurer'. Lain hari akan saya ceritakan kepada Anda. Yang jelas, teori saya tidak asal-asalan mengenai 'lone adventure' ini, Anda bisa membaca bukunya Richard Carlson yang berjudul "Don't Sweat Small Stuff For Men". And trust me,it works!
Terakhir dan yang terpenting adalah saya bisa mengunjungi saudara-saudara dan teman-teman lama untuk sekedar berbagi cerita. Surprise, saya selalu mendapatkan lebih, yaitu support batiniah yang priceless dari pertemuan saya dengan orang-orang itu. Seperti saat saya menceritakan kemalangan yang saya dapatkan, mereka selalu menghibur dengan sangat baik. Sangat membantu saya untuk selalu bangkit dari keterpurukan. Friends in need are friends indeed, friends with tears are better.
Jadi, dari waktu-waktu kita terbebas dari rutinitas itu kita bisa memperoleh kualitas kehidupan yang lebih baik, sebagai bekal kita untuk sebelas bulan pertempuran selanjutnya. Kesimpulannya: CUTI ITU PENTING, JENDERAL! Saran saya,kalau Anda ingin merasakan cuti yang bermanfaat lebih lakukanlah perjalanan jauh dan temui keluarga. saudara dan teman jauh Anda. Kalau tidak punya, dekatilah saya, siapa tau kita bisa jadi keluarga. Saya 'jadian' dengan kakak atau adik perempuan Anda bagi yang laki-laki. Atau,bagi Anda yang perempuan bisa menjadi 'calon' saya dan berkesempatan punya banyak saudara di luar kota,hee... Mulai sekarang jadwal ulang 'kalender kerja' Anda. Prioritaskan cuti. Istirahatkan pikiran sibuk Anda. Semangat!
Selasa, Maret 24, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar